tag:blogger.com,1999:blog-35673577911360731402024-03-21T13:43:20.273-07:00Biography Bands & Download Mp3Aneh Tapi Nyata Uka UkaKijang \m/http://www.blogger.com/profile/05574828622719779054noreply@blogger.comBlogger8125tag:blogger.com,1999:blog-3567357791136073140.post-29743206852098688972017-06-27T04:49:00.001-07:002017-06-27T04:49:27.818-07:00The Best Builder Hall 5 Base BH5 Attack Strategy - BH5 Vs BH5 Battle<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="https://www.youtube.com/embed/eTv_vXp-bI8" width="480"></iframe>Ady Xphttp://www.blogger.com/profile/08556362789212427791noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3567357791136073140.post-39863763587512118782017-06-16T01:36:00.001-07:002017-06-16T01:36:09.670-07:00Best Attack Strategy BH4 TOP ARMY Gaint<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="https://www.youtube.com/embed/nBMViWku5Go" width="480"></iframe>Ady Xphttp://www.blogger.com/profile/08556362789212427791noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3567357791136073140.post-68255517271206129732017-06-05T21:18:00.001-07:002017-06-05T21:18:08.824-07:00Builder Hall 4 Base - BH4 Base Replay Defanse Anti Full Minion Level 8 -...<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="https://www.youtube.com/embed/Gmw44bPgdA8" width="480"></iframe>Ady Xphttp://www.blogger.com/profile/08556362789212427791noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3567357791136073140.post-78180725845981094502017-06-03T11:06:00.001-07:002017-06-03T11:06:12.707-07:00Best Builder Hall 4 Base Replay Defense & Attack Strategy BH4 Base Up ...<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="https://www.youtube.com/embed/2bSCJdtkJ8M" width="480"></iframe>Ady Xphttp://www.blogger.com/profile/08556362789212427791noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3567357791136073140.post-44033048341186047542011-03-10T08:22:00.000-08:002011-03-12T16:52:53.183-08:00POWER METAL BAND<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3VxwY5vhfzdXXRKHNCcd1VhsuK80I6aBANExMEcfiEYYIOqgVQWcOej0J4PxbSKz2Mab1RptKJB2skL_Q3dBzt-sEBLKwlnqO6fac8mhkqRuZXmbo1SD2RXhGT4cR0_22X3c-dzeob1A/s1600/Power+Metal1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="125" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3VxwY5vhfzdXXRKHNCcd1VhsuK80I6aBANExMEcfiEYYIOqgVQWcOej0J4PxbSKz2Mab1RptKJB2skL_Q3dBzt-sEBLKwlnqO6fac8mhkqRuZXmbo1SD2RXhGT4cR0_22X3c-dzeob1A/s200/Power+Metal1.jpg" width="200" /></a></div>Lebih dari 15 tahun adalah sebuah perjalanan cukup panjang bagi sebuah grup <b>Rock</b> macam <b>Power Metal</b> yang mampu bertahan dan tetap eksis. Tak bedanya dengan kebanyakan grup band lainnya, dalam perjalanannya kelompok musik ini juga mengalami gelombang pasang-surut.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Di tengah popularitas dan kharismanya sebagai band <b>Heavy Metal</b>, ternyata grup ini sering diguncang oleh persoalan yang terjadi dalam intern tubuh mereka, seperti sering terjadinya pergantian personel. Bahkan hampir tiga tahun belakangan ini grup band ini gaungnya kurang terdengar lagi. Sampai akhirnya muncul spekulasi bahwa grup ini sudah bubar. Ternyata spekulasi berita itu tidak benar adanya. <b>Power Metal</b> tidak bubar, dan masih tetap eksis. Cuma sempat vakum saja.<br />
<br />
Setelah cukup lama vakum, grup <b>Rock</b> asal Surabaya ini mencoba kembali eksis di blantika <b>Musik Rock Indonesia</b>. Justru di tengah kevakuman itu dimanfaatkan mereka mempersiapkan album baru. Dengan dirilisnya album berjudul <b>Topeng-Topeng Murka</b> (2002), sekaligus menjadi jawaban bahwa <b>Power Metal</b> masih eksis, dan tetap solid. Bagaimana perkembangan <b>Power Metal</b> itu sendiri memang tidak lepas dari dinamika yang ikut mewarnai perjalanan karier grup mantan juara <b>Festival Rock se-Indonesia V</b> versi <b>Log Zhelebour</b>, tahun 1989.<br />
<br />
Grup band yang awal berdirinya bernama <b>Power</b>, sejak September 1987 berubah nama jadi <b>Power Metal</b>, dengan formasi <b>Pungky Deaz</b> <i>(vokal)</i>, <b>Ipunk</b><i> (gitar)</i>, <b>Hendrix Sanada</b> <i>(bass)</i>, <b>Raymond Ariasz</b><i> (kibor)</i>, dan <b>Mugix Adam</b><i> (drum)</i>. Sesuai namanya <b>Power Metal</b>, perubahan nama ini sekaligus untuk memproklamirkan diri jadi band <b>Rock</b> beraliran <b>Heavy Metal</b>.<br />
<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3567357791136073140&postID=4403304834118604754" name="more"></a><br />
<br />
Sebelum menjelajahi dunia rekaman, dalam aksi panggungnya grup ini sering membawakan lagu-lagunya <b><a href="http://upex.blogspot.com/2009/09/metallica.html" target="new">Metallica</a>, <a href="http://upex.blogspot.com/2009/10/anthrax.html" target="new">Anthrax</a>, <a href="http://upex.blogspot.com/2009/10/helloween.html" target="new">Helloween</a>, Loudness</b> atau <a href="http://upex.blogspot.com/2009/12/yngwie-malmsteen.html" target="new"><b>Yngwie J. Malmsteen</b></a>.<br />
<br />
Belum genap setahun dibentuk, grup band ini sudah menunjukan prestasi cukup membanggakan, antara lain dengan keherhasilannya menyabet juara pertama <b>Festival Rock Remaja se-Jawa Timur</b> di Lumajang (1987). Disusul tahun berikutnya meningkat jadi juara pertama <b>Festival Rock se-Jawa</b> di Kediri (1988). Prestasi ini dianggap belum cukup, masih ada satu event festival yang jadi targetnya, yaitu <b>Festival Rock se-Indonesia</b> - nya Log Zhelebour.<br />
<br />
<i>“Itu salah satu jadi obsesi kita”</i>, kenang <b>Raymond</b>, soal keberhasilan <b>Power Metal</b> menjuarai <b>Festival Rock se-Indonesia V</b> (1989) Selain jadi juaranya, <b>Hendrix Sanada</b> juga terpilih sebagai <b>The Best Bassist</b>. <i>“Sekali ikut langsung jadi juara”</i>, kata <b>Raymond</b> dengan bangga. <i>"Waktu itu kita sama sekali tidak menyangka bisa jadi juaranya"</i>, tambah <b>Ipunk</b>.<br />
<br />
Grup band yang dianggap rival terberatnya saat itu adalah <a href="http://upex.blogspot.com/2009/08/andromedha.html" target="new"><b>Andromedha</b></a> (Surabaya), <a href="http://upex.blogspot.com/2009/08/kaisar.html" target="new"><b>Kaisar</b></a> (Solo) dan <a href="http://upex.blogspot.com/2009/08/roxx.html" target="new"><b>Roxx</b></a> (Jakarta). Kemenangannya ini sekaligus menjadi awal perjalanan karier <b>Power Metal</b> menembus dunia rekaman.<br />
<br />
Sebagai promotor merangkap produser, <b>Log Zhelebour</b> memang belum menjanjikan grup band juara pertama <b>Festival Rock se-Indonesia</b> langsung teken kontrak rekaman album. Baru sebatas direkam di album kompilasi <b>10 Finalis Festival Rock se-Indonesia V</b>. Sementara juara pertamanya dijanjikan ikut tur 10 kota. Kebetulan waktu itu <b>Log </b>mempersiapkan pagelaran <b>Tur Rakasasa God Bless</b> (1990).<br />
<br />
Selain <b>Power Metal,</b> tur <a href="http://upex.blogspot.com/2009/08/god-bless.html" target="new"><b>God Bless</b></a> ini juga didampingi <b><a href="http://upex.blogspot.com/2009/08/elpamas.html" target="new">Elpamas</a> </b>dan <a href="http://upex.blogspot.com/2009/09/mel-shandy.html" target="new"><b>Mel Shandy</b></a>. Di tengah persiapan tur, <b>Power Metal</b> diguncang hengkangnya <b>Pungky</b>, lalu diikuti <b>Hendrix Sanada</b>. Jelas ini membuat sisa personelnya kalang-kabut mencari vokalis dan pemain Bas, pengganti <b>Pungky</b> dan <b>Hendrix</b>. <i>“Kita langsung melirik <b>Arul</b>, vokalis <b>Big Boys</b> dari Banjarmasin”</i>, kata <b>Raymond</b>. Akhirnya <b>Arul</b> yang pernah dinobatkan sebagai <b>The Best Vocalist di Festival Rock se-Indonesia V</b> menggantikan posisi <b>Pungky</b>.Tinggal pemain Basnya, belum dapat. Sementara belum dapat pemain tetap, akhirnya pakai additional musician, diantaranya ada nama <b>Roy Oracle</b> dan <b>Didiet Shaksana</b>. Usai mengikuti tur, akhirnya tawaran rekaman datang dari <b>Log Zhelebour.</b><br />
<br />
Selama persiapan bikin album <b>Arul</b> dkk dikarantina di sebuah vila di daerah Malang – Jawa Timur. “Hampir sebulan kita dikarantina untuk bikin lagu,” kenang vokalis <b>Power Metal</b>. Begitu materi lagu sudah siap, mereka kembali kelimpungan siapa jadi pemain Basnya. Sementara mereka harus secepatnya masuk studio. Akhirnya digaet <b>Prass Haddy</b>, pemain bas di band <b>Pelni</b>. Karena terikat dengan pekerjaan, posisinya membantu sebatas rekaman sampai album keluar. Dengan persiapan cukup matang, proses rekaman mereka berjalan mulus.<br />
<br />
Dengan formasi <b>Arul Efansyah </b><i>(vokal)</i>, <b>Ipunk</b> <i>(gitar)</i>, <b>Prass Haddy</b> <i>(bass)</i>, <b>Raymond Ariasz </b><i>(kibor)</i>, dan <b>Mugix Adam</b> <i>(drum)</i>, <b>Power Metal </b>berhasil merampungkan album perdananya diberi judul <b>Power One</b> (1991), yang dirilis dibawah bendera <b>Logiss Records</b>. Lewat debut albumnya ini, <b>Power Metal</b> langsung melesat ke putaran orbit grup <b>Rock</b> papan atas yang mulai diperhitungkan. Setidaknya popularitas <b>Power Metal</b> sudah sejajar dengan band seniornya alumni <b>Festival Rock se-Indonesia</b>, seperti <b>Elpamas</b> dan <a href="http://upex.blogspot.com/2009/08/grass-rock.html" target="new"><b>Grass Rock</b></a>.<br />
<br />
Dan album <b>Power One</b> ini mendapat sambutan menggembirakan dari <b>Rockers Mania</b>. Album ini sendiri melahirkan sejumlah hits, diantaranya <b>Angkara, Satu Jiwa, Pengakuan</b> dan <b>Bayangan Dirimu</b>. Di samping dua lagu lainnya, yakni <b>Malapetaka</b> dan <b>Cita Yang Tersita</b>. Kesuksesan album ini juga diikuti dengan terpilihnya <b>Power Metal</b> meraih penghargaan sebagai <b>Pendatang Baru Terbaik</b> di ajang BASF Awards 1991.<br />
<br />
Angka penjualan kaset album <b>Power One</b> sendiri waktu itu laku di atas 300 ribu copy. Sebuah angka penjualan yang cukup fantastik untuk sebuah grup rock beraliran <b>Heavy Metal</b>. Sementara grup <b>Rock</b> yang bisa menembus angka itu baru <b>God Bless</b>, lewat album <b>Semut Hitam</b> (1989). <b>Power Metal </b>kembali menanda-tangani kontrak album kedua.<br />
<br />
Di tengah persiapan album kedua, <b>Ipunk</b> mengundurkan diri, dan posisinya digantikan<b> Lucky Setyo W</b>, gitaris <b>Andromedha Rock Band</b> yang juga <b>The Best Guitaris di Festival Rock se-Indonesia V</b>. Akhirnya mereka berhasil merampungkan album kedua berjudul <b>Power Demons</b> (1993), yang kemudian disusul album lainnya, <b>Serigala</b> (1995), dan <b>Pesta Dansa </b>(1996).<br />
<br />
Lagi-lagi di tengah persiapan penggarapan album berikutnya, terjadi masalah dalam intern tubuh <b>Power Metal</b>, yang berakhir dengan mundurnya <b>Raymond</b> dan <b>Mugix</b>. Sementara itu<b> Power Metal</b> harus dikejar target menyiapkan album baru lagi. Untuk mengisi kekosongan itu, akhirnya ditariklah <b>Ekko Dinaya</b><i> (drum)</i> dan <b>James Ireng</b> <i>(kibor)</i>. Dengan sekuat tenaga dan segala kemampuan <b>Lucky </b>cs mencoba mempertahankan kharisma <b>Power Metal</b> dengan merilis album <b>Peace, Love & War</b> (1999). Meski dari segi musikalitas materi album ini cukup bagus. Tapi sayangnya album ini lagi-lagi kurang mujur di pasaran.<br />
<br />
Tak lama setelah album rilis album ini, <b>Power Metal</b> pelan-pelan menghilang dari hingar-bingarnya panggung musik <b>Rock</b>. Tak heran bila di tengah kevakuman itu muncul berita spekulatif bahwa grup ini bubar. Sampai akhirnya muncul inisiatif dari owner<b> Power Metal</b> yaitu dengan memanggil kembali <b>Raymond</b> untuk diajak membenahi lagi <b>Power Metal</b>. Antara lain dengan mengajak <b>Ipunk </b>kembali gabung di <b>Power Metal</b>, menggantikan posisi <b>Lucky Setyo W</b> yang mengundurkan diri. Kesempatan ini kemudian dimanfaatkan untuk melakukan konsolidasi guna menemukan formula musik <b>Power Metal</b> yang disiapkan di album barunya nanti. <i>“Yang pasti, aku dengan personel yang lain punya keinginan sama untuk mengangkat kembali kharisma <b>Power Metal.</b> Itu yang jadi obsesi kita semua”</i>, lanjut <b>Raymond</b>.<br />
<br />
Setelah melalui proses yang cukup panjang akhirnya <b>Power Metal</b> merampungkan album ke-7, <b>Topeng-Topeng Murka,</b> yang proses rekamannya sampai mixing-nya dilakukan di Studio Natural– Surabaya. Sedang proses mastering-nya dikerjakan di <b>Studio 301, Sydney – Australia</b>. Proses penggarapan album ini memang butuh waktu cukup lama, hampir 2 tahun. Meski sering mengalami pergantian personel, ternyata tidak mengurangi kesolidan <b>Power Metal</b> yang kini diperkuat <b>Arul Efansyah</b> <i>(vokal)</i>, <b>Ipunk</b> <i>(gitar)</i>, <b>Endro </b><i>(bass)</i>, <b>Raymond Ariasz</b> <i>(kibor)</i>, dan <b>Eko Dinoy</b>o <i>(drum)</i> untuk tetap eksis. <i>"Ini adalah formasi tersolid"</i>, kata <b>Ipunk </b>dan <b>Raymond</b> hampir bersamaan, mengomentari formasi baru <b>Power Metal</b> yang dikatakan sudah siap tempur ini. Selain gabungnya lagi orang-orang lama, seperti <b>Raymond</b> dan <b>Ipunk</b>, formasi baru <b>Power Metal</b> juga diperkuat wajah baru, <b>Endro</b>, mantan bassis<b> <a href="http://upex.blogspot.com/2009/09/red-spider.html" target="new">Red Spider</a></b>. Disamping <b>Ekko Dinaya</b>, mantan <b>Dramer Eclips</b> yang sudah gabung duluan di album <b>Peace, Love & War.</b><br />
<br />
Dengan formasi barunya ini <b>Power Metal</b> siap menggebrak kembali panggung musik <b>Rock Heavy Metal.</b> Awal Agustus lalu, grup <b>Rock</b> pernah mendamping <a href="http://upex.blogspot.com/2009/09/sepultura.html" target="new"><b>Sepultura</b></a> (1992) dan <a href="http://upex.blogspot.com/2009/10/helloween.html" target="new"><b>Helloween</b></a> (2004) saat manggung di Surabaya, telah merampung rekaman album ke-8, berjudul <b>KebesaranMu</b>Kijang \m/http://www.blogger.com/profile/05574828622719779054noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3567357791136073140.post-89786775990028523192011-03-10T08:07:00.000-08:002011-03-12T16:52:22.916-08:00CRADLE OF FILTH BAND<h3 class="post-title"></h3><div class="post-body"><style>
.fullpost { display: inline; }
</style> <br />
<div dir="ltr" style="text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmsJeEKEpIBa7gQrI-02tpW9B3xwav9amU8bttKUcneS1AotKFdyrvZwyEUGG1Enfy4S6DA-epZJVJkoxLvfyds82MsYtWFXtHX6Sg2zKLZo8_zeQaHDVIwPeZDfEWqfOaMezgRAHHs3Q2/s1600/Cof_official_new.jpeg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmsJeEKEpIBa7gQrI-02tpW9B3xwav9amU8bttKUcneS1AotKFdyrvZwyEUGG1Enfy4S6DA-epZJVJkoxLvfyds82MsYtWFXtHX6Sg2zKLZo8_zeQaHDVIwPeZDfEWqfOaMezgRAHHs3Q2/s200/Cof_official_new.jpeg" width="200" /></a></div></div></div><b>Cradle of Filth</b> adalah <b>Death Metal</b> / <b>Symphonic Black Metal</b> / <b>Extreme Symphonic Gothic Metal</b> band dari Suffolk, Inggris yang dibentuk pada tahun 1991.<br />
<br />
Gaya musik <b>Cradle of Filth</b> berevolusi dari <b>Black Metal</b> ke <b>Gothic Black Metal</b>, <b>Symphonic Black Metal</b>, <b>Dark Metal</b> dan <b>Extreme Metal</b>.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Lirik <b>Cradle of Filth</b> bertemakan tentang sastra gothic, puisi, mitologi dan film horor.<br />
<br />
<b>Cradle of Filth</b> sering tampil di festival-festival besar seperti <b>Ozzfest</b>, <b>Download Festival</b> dan <b>Sziget Festival</b>.<br />
<br />
<b>Cradle of Filth</b> merupakan band <b>Metal</b> dari Inggris yang paling sukses setelah <a href="http://upex.blogspot.com/2009/09/iron-maiden.html" target="new"><b>Iron Maiden</b></a>.<br />
<br />
<b>Cradle of Filth</b> telah menghasilkan 9 album studio, 1 album live, 1 album kompilasi, 3 album EP, 2 single album, 3 album video dan 15 video musik.<br />
<br />
<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3567357791136073140&postID=8978677599002852319" name="more"></a><br />
<br />
<b style="color: red;">Anggota :</b><br />
<b>Dani Filth</b> / <b>Daniel Lloyd Davey</b> – Vokal (1991-Sekarang)<br />
<b>Paul Allender</b> – Gitar (1992–1994, 1999-Sekarang)<br />
<b>James McIlroy</b> – Gitar (2003-2005, 2009-Sekarang)<br />
<b>Herr Pubis</b> / <b>Dave Pybus</b> (<a href="http://upex.blogspot.com/2010/06/angtoria.html" target="new"><b>Angtoria</b></a>) – Bass (2002-Sekarang)<br />
<b>Ashley</b> "<b>Ellyllon</b>" <b>Jurgemeyer</b> – Keyboard, Vokal (2009-Sekarang)<br />
<b>Martin</b> "<b>Marthus</b>" <b>Škaroupka</b> – Drum, Percussion (2006-Sekarang)<br />
<br />
<b style="color: red;">Mantan Anggota :</b><br />
<b>Andrea Meyer</b> "<b>Nebelhexë</b>" <b>Haugen</b> – Vokal (1994)<br />
<b>Danielle Cneajna Cottington</b> – Vokal (1996, 1998)<br />
<b>Sarah Jezebel Deva</b> / <b>Sarah Jane Ferridge</b> <i>(Angtoria, Mortiis, </i><a href="http://upex.blogspot.com/2010/04/therion.html" target="new"><b>Therion</b></a><i>, Mystic Circle)</i> – Vokal (1996-2009)<br />
<b>Paul Ryan</b> – Gitar (1991-1994)<br />
<b>Tishi Mehta</b> - Gitar (1994)<br />
<b>Bryan Hipp</b> – Gitar (1994-1995)<br />
<b>Stuart Anstis</b> – Gitar (1994-1999)<br />
<b>Jared Demeter</b> - Gitar (1996)<br />
<b>Gian Pyres</b> / <b>John Piras</b> – Gitar (1996-2002)<br />
<b>Jeff Acres</b> - Gitar (1997-1998)<br />
<b>Martin</b> "<b>Foul</b>" <b>Powell</b> – Gitar, Violin, Keyboard (2000-2005)<br />
<b>Jon Kennedy</b> – Bass (1991-1992)<br />
<b>Robin</b> "<b>Graves</b>" <b>Eaglestone</b> – Bass, Gitar (1992-2001)<br />
<b>Charles Hedger</b> – Bass, Gitar (2005-2010)<br />
<b>Benjamin Ryan</b> – Keyboard (1992-1994)<br />
<b>Damien Gregori</b> – Keyboard (1994-1997)<br />
<b>Les</b> "<b>Lecter</b>" <b>Smith</b> – Keyboard (1997-1999)<br />
<b>William A.</b> "<b>Was</b>" <b>Sarginson</b> - Keyboard, Drum (1999-2000)<br />
<b>Mark Newby-Robson</b> – Keyboard (1999, 2006-2008)<br />
<b>Rosie Smith</b> – Keyboard (2005-2009)<br />
<b>Darren</b> "<b>Daz</b>" <b>J. White</b> – Drum (1991-1992)<br />
<b>Nicholas Howard Barker</b> (<a href="http://upex.blogspot.com/2009/10/dimmu-borgir.html" target="new"><b>Dimmu Borgir</b></a>) – Drum (1992-1999)<br />
<b>Dave Hirschheimer</b> – Drum (1999)<br />
<b>Adrian Erlandsson</b> – Drum (1999-2006)<br />
<br />
<b style="color: red;">Diskografi :</b><br />
<b>The Principle of Evil Made Flesh</b> (1994)<br />
<b>Dusk... and Her Embrace</b> (1996)<br />
<b>Cruelty and the Beast</b> (1998)<br />
<b>Midian</b> (2000)<br />
<b>Damnation and a Day</b> (2003)<br />
<b>Nymphetamine</b> (2004)<br />
<b>Thornography</b> (2006)<br />
<b>Godspeed on the Devil's Thunder</b> (2008)<br />
<b>All Hallows Eve</b> (2010)Kijang \m/http://www.blogger.com/profile/05574828622719779054noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3567357791136073140.post-85508332818803250232011-03-10T08:03:00.001-08:002011-03-12T16:53:42.032-08:00BurgerKill Band<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><b><br />
</b></div><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEJqbJ5l50acSdEkV8mLYmizjniprtKYXXPG3IPmylt-hllJq8q7tadukP-A68YAkTpTJCsupzLhsxQQ5pQVUGIdm9hHHNAioucfv9LRR0ndaYmxoOKrZV6Ge1y6xnZWpaBxvWrxGqhyphenhyphenQ/s1600/1_277146157l.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="undefined" border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEJqbJ5l50acSdEkV8mLYmizjniprtKYXXPG3IPmylt-hllJq8q7tadukP-A68YAkTpTJCsupzLhsxQQ5pQVUGIdm9hHHNAioucfv9LRR0ndaYmxoOKrZV6Ge1y6xnZWpaBxvWrxGqhyphenhyphenQ/s200/1_277146157l.jpg" title="" width="200" /></a><b>Burgerkill</b> adalah sebuah band Hardcore yang berasal dari kota Bandung, Jawa Barat. Nama band ini diambil dari sebuah nama restaurant makanan siap saji asal Amerika, yaitu <b>Burger King</b>, yang kemudian oleh mereka diparodykan menjadi "Burgerkill".Burgerkill juga disebut sebagai raja band metal Indonesia<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;"><br />
</div>Burgerkill berdiri pada bulan Mei 1995 berawal dari Eben, scenester dari Jakarta yang pindah ke Bandung untuk melanjutkan sekolahnya. Dari sekolah itulah Eben bertemu dengan Ivan, Kimung, dan Dadan sebagai line-up pertamanya. Band ini memulai kariernya sebagai sebuah side project yang tidak punya juntrungan, just a bunch of metal kids jamming their axe-hard sambil menunggu band orisinilnya dapat panggilan manggung. Tapi tidak buat Eben, dia merasa bahwa band ini adalah hidupnya dan berusaha berfikir keras agar Burgerkill dapat diakui di komunitasnya. Ketika itu mereka lebih banyak mendapat job manggung di Jakarta melalui koneksi Hardcore friends Eben, dari situlah antusiasme masyarakat underground terhadap Burgerkill dimulai dan fenomena musik keras tanpa sadar telah lahir di Indonesia.<br />
<div style="text-align: justify;">Walhasil line-up awal band ini pun tidak berjalan mulus, sederet nama musisi underground pernah masuk jajaran member Burgerkill sampai akhirnya tiba di line-up solid saat ini. Ketika dimulai tahun 1995 mereka hanya berpikir untuk manggung, pulang, latihan, manggung lagi dst. Tidak ada yang lain di benak mereka, tapi semuanya berubah ketika mereka berhasil merilis single pertamanya lewat underground phenomenon Richard Mutter yang merilis kompilasi cd band-band Bandung pada awal 1997. Nama lain seperti Full Of Hate, Puppen, dan Cherry Bombshell juga bercokol di kompilasi yang berjudul "Masaindahbangetsekalipisan" tersebut. Memang masa itu masa indah musik underground. Everything is new and new things stoked people! Tidak tanggung lagu Revolt! dari Burgerkill menjadi nomor pembuka di album yang terjual 1000 keping dalam waktu singkat ini.</div><div style="text-align: justify;">Setelah mengenal nikmatnya menggarap rekaman, anak anak ini tidak pernah merasa ingin berhenti, dan pada akhir tahun 1997 mereka kembali ikut serta dalam kompilasi "Breathless" dengan menyertakan lagu "Offered Sucks" didalamnya. Awal tahun 1998 perjalanan mereka berlanjut dengan rilisan single Blank Proudness, pada kompilasi band-band Grindcore Ujungberung berjudul "Independent Rebel". Yang ketika itu dirilis oleh semua major label dengan distribusi luas di Indonesia dan juga di Malaysia. Setelah itu nama Burgerkill semakin banyak menghias concert flyers di seputar komunitas musik underground. The Antics went higher, semakin banyak fans berat menunggu kehadiran mereka diatas panggung. Burgerkill sang Hardcore Begundal!</div><div style="text-align: justify;">Disekitar awal tahun 1999, mereka mendapat tawaran dari perusahaan rekaman independent Malaysia, Anak Liar Records yang berakhir dengan deal merilis album Three Ways Split bersama dengan band Infireal (Malaysia) dan Watch It Fall (Perancis). Hubungan dengan network underground di Malaysia dan Singapura berlanjut terus hingga sekarang. Burgerkill menjadi langganan cover zine independent di negara-negara tersebut dan berimbas dengan terus bertambahnya fans mereka dari negeri Jiran. Di tahun 2000, akhirnya Burgerkill berhasil merilis album perdana mereka dengan title "Dua Sisi" dan 5000 kaset yang di cetak oleh label indie asal Bandung, Riotic Records ludes habis dilahap penggemar fanatik yang sudah tidak sabar menunggu sejak lama. Di tahun yang sama, band ini juga merilis single "Everlasting Hope Never Ending Pain" lewat kompilasi "Ticket To Ride", sebuah album yang benefitnya disumbangkan untuk pembangunan sebuah skatepark di kota Bandung.</div><div style="text-align: justify;">Single terakhir menjadi sebuah jembatan ke era baru Burgerkill, dimana masa awal mereka lagu-lagu tercipta hasil dari pengaruh band-band Oldschool Hardcore, Name it: Minor Threat, 7 Seconds, Gorilla Biscuits, Youth of Today, Sick of it All, Insted, Etc. Seiring dengan waktu, mereka mulai untuk membuka pengaruh lain. Masuklah pengaruh dari band band Modern Metal dan Newschool Hardcore dengan beat yang lebih cepat dan lebih agresif, selain itu juga riff-riff powerchord yang enerjik menjadi bagian kental pada lagu-lagu Burgerkill serta dilengkapi oleh fill-in gitar yang lebih menarik. Anak-anak ini memang tidak pernah puas dengan apa yang mereka hasilkan, mereka selalu ingin berbuat lebih dengan terus membuka diri pada pengaruh baru. Hampir semua format musik keras dilahap dan di interprestasikan kedalam lagu, demikianlah Burgerkill berkembang menjadi semakin terasah dan dewasa. Lagu demi lagu mereka kumpulkan untuk menjadi sebuah materi lengkap rilisan album kedua.</div><div style="text-align: justify;">Beberapa Mainstream Achievement pun sempat mereka rasakan, salah satunya menjadi nominator Band Independent Terbaik ala majalah NewsMusik di tahun 2000. Awal tahun 2001 pun mereka berhasil melakukan kerjasama dengan sebuah perusahaan produk sport apparel asal Amerika: Puma yang selama 1 tahun mensupport setiap kali Burgerkill melakukan pementasan. Dan sejak Oktober 2002 sebuah produk clothing asal Australia: INSIGHT juga mensupport dalam setiap penampilan mereka.</div><div style="text-align: justify;">Pertengahan Juni 2003, Burgerkill menjadi band Hardcore pertama di Indonesia yang menandatangani kontrak sebanyak 6 album dengan salah satu major label terbesar di negeri ini, Sony Music Entertainment Indonesia. Dan setelah itu akhir tahun 2003, Burgerkill berhasil merilis album kedua mereka dengan title "Berkarat". Lagu-lagu pada album ini jauh lebih progressif dan penuh dengan teknik yang lebih terasah dibandingkan album sebelumnya. Hampir tidak ada lagi nuansa straight forward dan moshpart sederhana ala band standard Hardcore yang tercermin dari single-single awal mereka. Pada sector vocal dengan tetap mengedepankan nuansa depresif dan kelam, karakter vocal Ivan sang vokalis Bengal lebih berani dimunculkan dengan penulisan bahasa pertiwi dan artikulasi kata yang lebih jelas. Dan di sector musik pun, Toto, Eben, Andris dan gitaris baru mereka Agung semakin berani menjelajahi daerah-daerah baru yang sebelumnya tidak pernah dijajaki kelompok musik keras manapun di Indonesia.</div><div style="text-align: justify;">Sebuah kejutan hadir pada pertengahan tahun 2004, lewat album "Berkarat" Burgerkill masuk kedalam salahsatu nominasi dalam salah satu event Achievement musik terbesar di Indonesia "Ami Awards". Dan secara mengejutkan mereka berhasil menyabet award tahunan tersebut untuk kategori "Best Metal Production". Sebuah prestasi yang mungkin tidak pernah terlintas di benak mereka, dan bagi mereka hal tersebut merupakan sebuah tanggung jawab besar yang harus mereka buktikan melalui karya-karya mereka selanjutnya.</div><div style="text-align: justify;">Di awal tahun 2005 di tengah kesibukan mereka mempersiapkan materi untuk album ketiga, Toto memutuskan untuk meninggalkan band yang telah selama 9 tahun dia bangun bersama. Namun kejadian ini tidak membuat anak-anak Burgerkill putus semangat, mereka kembali merombak formasinya dengan memindahkan Andris dari posisi Bass ke posisi Drums dan terus melanjutkan proses penulisan lagu dengan menggunakan additional bass player. Sejalan dengan selesainya penggarapan materi album ketiga, tepatnya November 2005, Burgerkill memutuskan kontrak kerjasama dengan Sony Music Entertainment Indonesia dikarenakan tidak adanya kesepakatan dalam pengerjaan proyek album ketiga. So guys...these kids always have a great spirit to keep blowing their power, dan akhirnya mereka sepakat untuk tetap merilis album ke-3 "Beyond Coma And Despair" di bawah label mereka sendiri Revolt! Records di pertengahan Agustus 2006. Album ketiga yang memiliki arti sangat dalam bagi semua personil Burgerkill baik secara sound, struktur, dan format musik yang mereka suguhkan sangat berbeda dengan dua album sebelumnya. Materi yang lebih berat, tegas, teknikal, dan berani mereka suguhkan dengan maksimal disetiap track-nya.</div><div style="text-align: justify;">Namun tak ada gading yang tak patah, sebuah musibah terbesar dalam perjalanan karier mereka pun tak terelakan, Ivan sang vokalis akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya ditengah-tengah proses peluncuran album baru mereka di akhir Juli 2006. Peradangan pada otaknya telah merenggut nyawa seorang ikon komunitas musik keras di Indonesia. Tanpa disadari semua penulisan lirik Ivan pada album ini seolah-olah mengindikasikan kondisi Ivan saat itu, dilengkapi alur cerita personal dan depresif yang terselubung sebagai tanda perjalanan akhir dari kehidupannya. "Beyond Coma And Despair" sebuah album persembahan terakhir bagi Ivan Scumbag yang selama ini telah menjadi seorang teman, sahabat, saudara yang penuh talenta dan dedikasi dengan disertai karakter karya yang mengagumkan. Burgerkill pun berduka, namun mereka tetap yakin untuk terus melanjutkan perjalanan karier bermusik yang sudah lebih dari 1 dekade mereka jalani, dan sudah tentu dengan menghadirkan seorang vokalis baru dalam tubuh mereka saat ini. Akhirnya setelah melewati proses Audisi Vokal, mereka menemukan Vicki sebagai Frontman baru untuk tahap berikutnya dalam perjalanan karier mereka.</div><div style="text-align: justify;">Dan pada awal Januari 2007 mereka telah sukses menggelar serangkaian tour di kota-kota besar di Pulau Jawa dan Bali dalam rangka mempromosikan album baru mereka. Target penjualan tiket di setiap kota yang didatangi selalu mampu mereka tembus, dan juga ludesnya penjualan tiket di beberapa kota menandakan besarnya antusiasme masyarakat musik cadas di Indonesia terhadap penampilan Burgerkill. A written story just wouldn't enough, tunggu kejutan dan dengarkan album baru mereka, tonton konsernya dan rasakan sensai musik keras yang tak akan kamu lupakan...BURGERKILL HARDCORE BEGUNDAL IN YOUR FACE, WHATEVER!!!</div>Kijang \m/http://www.blogger.com/profile/05574828622719779054noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3567357791136073140.post-83225815939885235162011-03-10T08:00:00.000-08:002011-03-12T16:51:11.280-08:00LAMB OF GOD BIOGRAPHY<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijuDkcF2J2Tr8flG0NKtOcVMbYw4V3C1hr3vNw_dRx0rJHuKJknbHnIWjZdkWBoGXaT6u6-Lx_pdTE2Vagdw0Aj0T6BJvR-JAqCWtmCf0NrhhqgM56KcmDnR4I4KTYw8UhuS64meh-mN4/s1600/LoG_Wallpaper2_1024x768.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijuDkcF2J2Tr8flG0NKtOcVMbYw4V3C1hr3vNw_dRx0rJHuKJknbHnIWjZdkWBoGXaT6u6-Lx_pdTE2Vagdw0Aj0T6BJvR-JAqCWtmCf0NrhhqgM56KcmDnR4I4KTYw8UhuS64meh-mN4/s200/LoG_Wallpaper2_1024x768.jpg" width="200" /></a></div>The roots of Lamb of God were planted in 1990 when Mark Morton, Chris Adler and John Campbell were floor mates at Virginia Commonwealth University. The trio began playing at Adler's house in Richmond weathering chilly conditions. "There was no heat at the house," recalls Campbell. "We would freeze our asses off, get really drunk and hang around the kerosene heaters trying to write metal songs. Kerosene fumes and Black Label beer were definitely what fueled our early days."<br />
<a name='more'></a><br />
<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3567357791136073140&postID=8322581593988523516" name="more"></a><br />
<br />
After graduation, Morton moved to Chicago to pursue a master's degree, but the band continued. A new guitarist, Abe Spear, replaced Morton as the band retired its instrumental sound and added Blythe on vocals.<br />
<br />
The quartet, known then as Burn the Priest, became a fixture in the tightly-knit Richmond music scene. To compete with the high-level of musicianship displayed by their contemporaries, the band adopted a rigid practice schedule. "To this day, we practice five days a week out of necessity," says Campbell. "The bands in Richmond can flat outplay you and if you don't practice, they will blow you off the stage. Bands like Breadwinner and Sliang Laos - two local math-metal bands - could play insanely complicated music note perfect. They inspired us to raise the bar musically and taught us the work ethic we needed to be a success."<br />
<br />
The band was playing around Virginia when Morton moved back from Chicago and re-joined the group. Soon after, Burn the Priest released a self-titled full length album on Legion Records. Abe left soon after, which opened a spot for guitarist, and brother to Chris - Willie Adler.<br />
<br />
A year after the second Adler joined, Burn the Priest changed its name to Lamb of God and signed a record deal with Prosthetic Records. The band's independent-debut, New American Gospel, was released in 2000. "This album was all about creating a rhythmic and pummeling musical landscape with riff after riff," explains Morton. Drummer Adler notes: ÒThis is a classic record. We had all the elements come together to make one of the heaviest, yet contagious records of our career. It was difficult to contain us - we didn't even understand at the time what we had created."<br />
<br />
Two years of extensive touring to support the album raised Lamb of God's profile before the band released the critically acclaimed, As The Palaces Burn (2003). ATPB won record of the year honors in such notable magazines as Revolver and Metal Hammer while garnering mainstream press in Rolling Stone and Entertainment Weekly.<br />
<br />
The band hit the road again and began headlining tours across the globe. In the fall of 2003 Lamb of God was a co-headliner on the first ever MTV's Headbanger's Ball Tour which elevated Lamb of God beyond the underground. The band then released Terror and Hubris, a DVD featuring early live performances, videos for "Ruin" and "Black Label" and behind-the-scenes footage highlighting the work ethic, humility and sense of humor of one of the most respected and influential bands around today. The DVD proved to be a commercial success as it entered the Billboard Music DVD Charts at #32.<br />
<br />
Gradually, Lamb of God's persistence paid off. Their 2003 disc, As The Palaces Burn earned them a new level of respect and admiration, but it was 2004's virulent major label debut (Epic Records) Ashes of the Wake that turned the band into true contenders for the metal throne. By mid 2006, the record had sold over 275,000 copies. Revolver magazine voted it the album of the year, a Guitar World readers poll deemed it best metal album and awarded the band "most valuable players," "best shredders" and "best riffs." The video for "Now You've Got Something to Die For" earned "best video" from both Headbanger's Ball and Revolver. And a DVD chronicling the tour and life on the road with the band, Killadelphia, has gone gold. Lamb of God supported Ashes with more relentless touring, now playing mostly arenas and festivals, starting with a headlining run on Second Stage at Ozzfest 2004, and ending by headlining the North American Sounds of The Undergroud Festival in 2005.<br />
<br />
The political angst that fueled the lyrics on As The Palaces Burn continues unabated on Ashes of the Wake. However, Blythe admits that his plans to write songs about personal responsibility quickly changed. "Mark and I write most of the lyrics together, and at the start of this album we agreed that we wanted to concentrate on internal instead of external politics," he explains. "But as we got into it, considering the condition of the world today, we felt obligated as responsible artists to give accurate social commentary, and that meant writing a few indictments against the powers that be."<br />
<br />
Mixing a call to arms with a sneering disdain balances Ashes of the Wake. "In the end, I think the album is stronger because we show the relation between internal and external politics instead of just focusing on one or the other," Blythe says. "These songs are a reality check for everyone because they rail against a wrong-headed government and against the apathetic people that ignore the government and allow it to exist."<br />
<br />
After Ashes of the Wake, they had been praised as one of the leaders of the new American metal movement, and while they were flattered to be considered part of something so influential, this time they wanted to stand alone. "I believe it's important for us to create a legacy for this band, and I don't want that legacy to be in association with anyone else," Adler says. "In our minds, we're a cut above and we feel like we put out a whole lot more."<br />
<br />
Towards the end of 2005, the band stopped all touring and came home to Richmond, VA, to begin writing the next chapter. An intense 8 month writing process followed. "We pretty much killed ourselves working on it five to six days a week for six to eight hours a day," says drummer Chris Adler. "It was important to push ourselves into uncomfortable territory as players. A lot of times one of us would say, 'I'm not sure if I can play that.' The typical response was, 'Well, you've got a year to figure it out.' We pushed ourselves to step it up and threw out a lot of decent material because we were insisting on only the best." One reason Lamb of God pushed so hard is because they wanted to create something that couldn't be classified, categorized or marginalized.<br />
<br />
August 22, 2006 brought Sacrament, a stunning example of how diverse, articulate and pummeling metal can be. It's a record that emphasizes just how far the band members have come as players, writers and people and stands as a true testament of triumph over adversity. With Sacrament, Lamb of God has stoked the flames by stripping the flesh to the bone and examining the carnage. The songs are bleak and dark, yet key ingredients of a ride that's as breathless, exhilarating and terrifying as an overdose.<br />
<br />
Guitarist and co-lyricist Mark Morton notes the band chose the name Sacrament based on a specific lyrical reference as well as a more general symbolic perspective. "We like it because it employs the idea of the traditional religious Sacrament, which is something you do as ritual to get to a different level of your faith," he says. "Also, I thought it was symbolic in terms of us putting out another record and getting to the next stage of our musical development." "This is definitely a personal record and it's the darkest thing we've ever done," adds Blythe. "It stems from a lot of depression and a fucked up worldview. In the last couple years I've been going through a lot of weird, bad shit."<br />
<br />
The biggest difference between Sacrament and Ashes of the Wake is the lyrical content. In the past, Lamb of God has lyrically been motivated by the hypocrisy, greed and turmoil of politics and politicians. This time the band turned within to reveal an even greater source of despair and frustration.<br />
<br />
Songs like 'Pathetic' and 'Descending' for instance are about the whirlpool of addiction and alcoholism, 'Walk With Me In Hell' addresses the destruction of codependency and 'Blacken the Cursed Sun' confronts suicidal depression.<br />
<br />
"The lyrics were so intense for me, when I was recording, it was like breathing pain instead of breathing air," Blythe says. "So, when it was done, I couldn't listen to the record for another two months. It just took so much out of me to get all this stuff out, I didn't want to touch it right away."<br />
<br />
In addition to being unbelievably heavy, Sacrament is a sincere expression of the turmoil that has tumbled through the last few years of the band's existence. In an era of stagnant, contrived metal, Lamb of God is a harrowing rush of honesty, a declaration that no matter what anyone else is playing, Lamb of God will always follow their own hearts.<br />
<br />
"This band was started because no one out there was making the music that we wanted to hear," singer Randy Blythe says. "So, we decided to make that music, and from that point it has just been a continuation of that philosophy. We had never changed anything we do to appeal to anyone, appease anyone or seek any sort of approval from anyone other than ourselves."Kijang \m/http://www.blogger.com/profile/05574828622719779054noreply@blogger.com1